Tidak Memprioritaskan Kekuatan Materi
Kekuatan materi memang dibutuhkan dalam perjuangan, namun materi bukanlah segalanya, Allah lah yang menentukan segala sesuatunya. Jadi, jangan pernah menomorsatukan kekuatan materi.
Al-I’tirafu Bil Khatha’i
Al-I’tirafu Bil Khatha’i artinya mengakui kesalahan. Orang yang siap dan mau mengakui kesalahannya menjadi salah satu ciri orang yang mempunyai sifat syaja’ah atau berani. Seperti yang kita tahu bahwa mengakui kesalahan memang tidak mudah.
Terkadang, kita takut dikucilkan, takut dibenci orang lain, atau cemas akan pandangan orang lain karena kesalahan yang diperbuat. Padahal, mengakui kesalahan diri sendiri sangatlah menguntungkan. Karena mereka dapat melihat kesalahan dalam diri dan segera memperbaikinya.
Dalil Perilaku Jujur dalam Islam
Dalil tentang perilaku jujur tidak hanya dituliskan dalam Al-Quran, namun juga terdapat dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah beberapa dalil tentang perintah untuk berperilaku jujur.
Perilaku jujur merupakan sifat dari orang-orang mukmin, hal ini tertera dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 23-24 yang berbunyi,
مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ رِجَالٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللّٰهَ عَلَيْهِ ۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ قَضٰى نَحْبَهٗۙ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّنْتَظِرُ ۖوَمَا بَدَّلُوْا تَبْدِيْلًاۙ لِيَجْزِيَ اللّٰهُ الصّٰدِقِيْنَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنٰفِقِيْنَ اِنْ شَاۤءَ اَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًاۚ
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya),”
“agar Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan mengazab orang munafik jika Dia kehendaki, atau menerima taubat mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Di dalam surat Al-Ahzab ayat 35 dijelaskan, orang-orang muslim yang berperilaku jujur akan diberikan pahala yang besar , ayat tersebut berbunyi,
اِنَّ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمٰتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ وَالْقٰنِتِيْنَ وَالْقٰنِتٰتِ وَالصّٰدِقِيْنَ وَالصّٰدِقٰتِ وَالصّٰبِرِيْنَ وَالصّٰبِرٰتِ وَالْخٰشِعِيْنَ وَالْخٰشِعٰتِ وَالْمُتَصَدِّقِيْنَ وَالْمُتَصَدِّقٰتِ وَالصَّاۤىِٕمِيْنَ وَالصّٰۤىِٕمٰتِ وَالْحٰفِظِيْنَ فُرُوْجَهُمْ وَالْحٰفِظٰتِ وَالذَّاكِرِيْنَ اللّٰهَ كَثِيْرًا وَّالذَّاكِرٰتِ اَعَدَّ اللّٰهُ لَهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا
“Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Di dalam Al-Quran surat Az-Zumar ayat 33-35 dijelaskan bahwa orang-orang yang bertakwa merupakan orang yang berkata benar atau berkata jujur, ayat tersebut berbunyi,
وَالَّذِيْ جَاۤءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهٖٓ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ لَهُمْ مَّا يَشَاۤءُوْنَ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۗ ذٰلِكَ جَزٰۤؤُا الْمُحْسِنِيْنَۚ لِيُكَفِّرَ اللّٰهُ عَنْهُمْ اَسْوَاَ الَّذِيْ عَمِلُوْا وَيَجْزِيَهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ الَّذِيْ كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang yang bertakwa.” “Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhannya. Demikianlah balasan bagi orang-orang yang berbuat baik,” “agar Allah menghapus perbuatan mereka yang paling buruk yang pernah mereka lakukan dan memberi pahala kepada mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang mereka kerjakan.”
Kejujuran adalah sebuah perilaku yang mementingkan objektivitas dalam penilaian atau dalam mengambil keputusan. Kejujuran juga berarti tidak mengambil hak orang lain atau berlaku curang. Hal ini diperingatkan oleh Allah dalam surat Al-Muthaffifin ayat 1-6 yang berbunyi,
وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِيْنَۙ الَّذِيْنَ اِذَا اكْتَالُوْا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُوْنَۖ وَاِذَا كَالُوْهُمْ اَوْ وَّزَنُوْهُمْ يُخْسِرُوْنَۗ اَلَا يَظُنُّ اُولٰۤىِٕكَ اَنَّهُمْ مَّبْعُوْثُوْنَۙ لِيَوْمٍ عَظِيْمٍۙ يَّوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَۗ
Perintah untuk berperilaku jujur juga dituliskan dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad mengatakan bahwa berperilaku jujur akan mengantarkan kita pada kebaikan. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang berbunyi :
“Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi SAW bersabda; sesungguhnya kejujuran itu membawa pada kebaikan dan kebaikan itu membawa (pelakunya) ke surga dan orang yang membiasakan dirinya berkata benar(jujur) sehingga ia tercatat disisi Allah sebagai orang yang benar, sesungguhnya dusta itu membawa pada keburukan (kemaksiatan) dan keburukan itu membawa ke neraka dan orang yang membiasakan dirinya berdusta sehingga ia tercatat disisi Allah sebagai pendusta.”
Kewajiban untuk berperilaku jujur juga disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, yang berbunyi,
عَنْ اَبِى بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ ر.ض. قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ, فَاِنَّهُ مَعَ البِرَّ وَهُمَا فِى الْجَنَّةِ, وَاِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَاِنَّهُ مَعَ الْفُجُوْرِوَهُمَافِى النَّار.
“Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di Surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, Karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka”.
Macam Sifat Jujur dalam Islam
Di dalam agama Islam ada sifat-sifat jujur yang harus dipahami, yaitu:
Shiddiq Al-Qalbi adalah sifat jujur yang diterapkan oleh manusia dalam niatnya. Dalam berniat tentunya disertai keikhlasan dalam melakukan perbuatan tersebut. Amal perbuatan haruslah didasari dengan niat yang baik, niat untuk beribadah hanya kepada Allah SWT semata.
Jika amal tidak berdasarkan untuk beribadah kepada Allah SWt, maka akan gugur pahala dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan. Hal ini dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Hakim, hadits tersebut berbunyi,
فَقَالَ : مَا عَمِلْتَ فِيهَا ؟ قَالَ : تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَقَرَأْتُ الْقُرْآنَ وَعَمِلْتُهُ فِيكَ ، قَالَ : كَذَبْتَ ، إِنَّمَا أَرَدْتَ أَنْ يُقَالَ فُلاَنٌ عَالِمٌ ، وَفُلاَنٌ قَارِئٌ ، فَقَدْ قِيلَ ، فَأُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ
“Kemudian ditanyakan (kepadanya): “Apa yang engkau perbuat sewaktu di dunia?” ia menjawab: “Aku menuntut ilmu dan membaca Alquran serta mengamalkannya di jalan-Mu.” Lalu dijawab, “Bohong! Kamu melakukannya hanya ingin disebut sebagai orang yang alim, yang qari.” Kemudian Allah memerintahkan untuk disungkurkan wajahnya dan dilemparkan ke dalam api neraka.”
Shiddiq Al-Hadits adalah sifat jujur yang diterapkan oleh manusia pada perkataan yang diucapkannya. Umat Islam diperintahkan untuk selalu menjaga perkataannya. Perkataan yang harus diucapkan adalah sebuah kebenaran, bukan kebohongan. Kebohongan akan menuntun ke dalam kebohongan-kebohongan lainnya. Orang-orang yang beriman diperintahkan oleh Allah SWT untuk berkata jujur seperti yang tertera di dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 70 yang berbunyi,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkan lah perkataan yang benar.”
Shiddiq Al-Amal adalah sifat jujur yang dilakukan oleh manusia dalam melakukan segala perbuatannya. Jujur dalam melakukan suatu perbuatan merupakan derajat yang sangat tinggi. Orang yang jujur dalam melakukan amalan atau perbuatannya berarti tidak memiliki riya di dalam hatinya, ia tidak mengharapkan pujian dari manusia, namun hanya berharap pujian dari Allah SWT semata. orang yang jujur tidak akan ragu-ragu untuk melakukan kebaikan, hal ini tertera dalam surat Al-Hujurat ayat 15, yang berbunyi,
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”
Shiddiq Al-wa’d adalah sifat jujur yang diterapkan oleh manusia dalam menepati janjinya kepada orang lain. Tidak hanya janji kepada orang lain, namun juga janji kepada dirinya sendiri. Misalnya, jika seseorang mendapatkan harta dari segala jerih payahnya, dan berjanji untuk memberikan sebagian kepada orang yang membutuhkan, maka itu termasuk dalam jujur untuk menepati janji. Hal ini dituliskan dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 23 yang berbunyi,
مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ رِجَالٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللّٰهَ عَلَيْهِ ۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ قَضٰى نَحْبَهٗۙ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّنْتَظِرُ ۖوَمَا بَدَّلُوْا تَبْدِيْلًاۙ
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)”
Shiddiq Al-Hall adalah sifat jujur yang diterapkan oleh manusia pada segala hal yang dia lakukan. Misalnya, jujur dalam berpendapat, jujur dalam melakukan pekerjaan, jujur jika diberikan amanat, dan tidak ada sifat iri atau dengki di dalam hatinya. Ketika seseorang berperilaku jujur baik dalam perkataan dan perbuatannya, maka akan ditunjukkan dalam jalan kebaikan seperti yang tertera dalam hadits Nabi Muhammad, riwayat Bukhari dan muslim,
عَلَـيْكُمْ بِـالصِّدْقِ فَاِنَّ الصِّدْقَ يَـهْدِى اِلىَ اْلبِرِّ وَ اْلبِرُّ يَـهْدِى اِلىَ اْلجَنَّةِ. وَ مَا يَزَالُ الـرَّجُلُ يَصْدُقُ وَ يَـتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْـتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيـْقًا. وَ اِيـَّاكُمْ وَ اْلكَذِبَ فَاِنَّ اْلكَذِبَ يَـهْدِى اِلىَ اْلفُجُوْرِ وَ اْلفُجُوْرُ يَـهْدِى اِلىَ النَّارِ. وَ مَا يَزَالُ اْلعَبْدُ يَكْذِبُ وَ يَـتَحَرَّى اْلكَذِبَ حَتَّى يُكْـتَبَ عِنْدَ اللهِ كَـذَّابـًا
“Wajib bagi kalian untuk jujur, karena sesungguhnya jujur itu membawa pada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Dan seseorang senantiasa jujur dan memilih kejujuran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan takutlah kalian dari dusta, karena sesungguhnya dusta itu membawa kepada kedurhakaan, dan durhaka itu membawa ke neraka. Dan seseorang senantiasa berdusta dan memilih berdusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
Tidak Memprioritaskan Kekuatan Materi
Kekuatan materi memang dibutuhkan dalam perjuangan, namun materi bukanlah segalanya, Allah lah yang menentukan segala sesuatunya. Jadi, jangan pernah menomorsatukan kekuatan materi.
Ciri-Ciri Orang Jujur
Untuk melihat seseorang sedang berperilaku jujur atau tidak, bisa dilihat dari ciri-cirinya. Ciri-ciri perilaku jujur, sebagai berikut:
1. Berkata yang sebenarnya 2. Selalu taat pada perintah dan menjauhi larangan Allah 3. Tidak melakukan ingkar janji terhadap orang lain 4. Selalu percaya dengan ajaran Allah SWT dan Rasu-Nya 5. Berusaha untuk bersikap adil 6. Melakukan suatu hal sesuai dengan perbuatannya
Ash-Sarahah Fil Haq
As-Sarahah Fil Haq merupakan sikap terus terang dalam kebenaran. Di mana seseorang yang memiliki sifat ini lebih berani untuk berterus terang dalam kebenaran menjadi salah satu implementasi lainnya dari sifat syaja’ah atau berani.
Rasulullah SAW bersabda: “Katakan kebenaran, sekalipun itu pahit” (HR. Imam Baihaqi). Keterusterangan dalam menyampaikan kebenaran adalah indikasi keberanian. Bahkan berkata benar dihadapan penguasa yang zalim disebut oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam sebagai jihad yang paling afdhal (utama), dan orang yang dibunuh karenanya disebut sebagai syuhada.
“Penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan orang yang berdiri di hadapan penguasa zalim lalu ia menyuruhnya (berbuat ma’ruf) dan melarangnya (berbuat munkar), lalu pemimpin itu membunuhnya.” (HR. Imam Al Hakim).
Kitmanu As-Sirri artinya memegang rahasia. Dalam memegang sebuah rahasia, pastinya memerlukan keberanian pada diri kita. Terlebih lagi, informasi yang kita pegang tersebut terindikasi berbahaya apabila ada kebocoran. Dengan menjaga rahasia, maka seseorang juga menjaga amanah yang sudah diberikan oleh orang lain.
Menjaga rahasia, terlebih dalam konteks perjuangan dan juga dakwah merupakan sesuatu yang berat dan memiliki risiko tinggi. Terbongkarnya sebuah rahasia bisa berakibat sangat fatal. Oleh sebab itu, kesiapan dalam memegang rahasia menjadi indikasi syaja’ah pada seorang muslim.
Di kalangan sahabat Nabi sendiri yang dipercaya memegang rahasia tidak banyak. Diantaranya yaitu Hudzaifah Ibnul Yaman RA, yakni seorang sahabat Nabi yang dikenal dengan sebutan Shahibus Sirri atau pemegang rahasia.
Contoh Perilaku Jujur di Rumah
1. Tidak mengambil sisa uang atau kembalian saat berbelanja 2. Selalu mengakui kesalahan ketika berbuat salah 3. Tidak berbohong kepada anggota keluarga di rumah 4. Jangan mengambil properti rumah tanpa izin 5. Berbicara apa adanya dan jangan melebih-lebihkan suatu informasi
Rekomendasi Buku terkait “Perilaku Jujur” :
1. Menjadi Muslimah yang Disukai Banyak Orang
2. Mau Menjadi Lebih Baik
1. Kejujuran akan membawa kepada hal-hal yang baik 2. Orang yang jujur akan memperoleh surga dari Allah SWT 3. Memiliki Banyak Teman 4. Hidup lebih damai dan bahagia 5. Lebih percaya diri
Tidak berbohong atas nama keluarga Tidak berbohong akan pergi kemana dan dengan siapa
Kata jujur menyiratkan sebuah perkataan kebenaran dalam semua situasi dan semua keadaan. Kejujuran juga bisa memiliki arti memenuhi janji, baik itu janji yang tertulis maupun tidak tertulis. Tidak hanya memenuhi janji, memberikan pendapat dan nasihat yang benar juga disebut dengan kejujuran.
Kejujuran adalah aspek moral yang memiliki nilai positif dan baik. Kejujuran punya kata lain seperti berterus terang. Lawan dari kejujuran adalah kebohongan, kecurangan dan lain-lain. Di dalam sifat kejujuran juga melibatkan sikap yang setia, adil, tulus dan dapat dipercaya. Kejujuran adalah sifat yang dihargai oleh banyak etnis budaya dan agama. Jadi tidak hanya agama Islam saja yang mengharuskan umatnya untuk menjunjung tinggi sifat kejujuran.
1. Tidak mencontek saat mengerjakan soal ujian 2. Tidak membohongi uang pembayaran sekolah 3. Tidak berkata bohong kepada teman, guru, dan staff sekolah 4. Tidak berbohong saat membeli makanan di kantin
Baca juga artikel lain yang terkait “Perilaku Jujur” :
Perilaku Jujur dalam Islam: Pengertian, Sifat, Ciri, Hikmah, Dalil – Allah SWT memerintahkan hambanya untuk selalu jujur kepada orang lain dan juga kepada diri sendiri. Perintah untuk berperilaku jujur tidak hanya ada di dalam Al-Quran, namun juga ada di dalam hadits Nabi Muhammad. Allah SWT memerintahkan umatnya untuk selalu mengatakan kebenaran walaupun hal itu bertentangan dengan kepentingan dirinya sendiri.
Allah SWT juga memerintahkan untuk tidak mengkhianati orang lain atau bahkan menipu orang lain. Tidak hanya dalam perkataan saja, Allah menyuruh hambanya untuk jujur terhadap perbuatannya, baik untuk diri sendiri atau orang lain. Di bawah ini adalah tulisan untuk memahami perilaku jujur dalam pandangan Islam.
Tawakal dan Yakin dengan Pertolongan Allah SWT
Orang-orang yang berjuang untuk kebenaran tidak akan pernah merasa takut, karena setelah berusaha dengan keras, maka mereka akan bertawakal dan memohon pertolongan Allah SWT.
Demikian penjelasan mengenai apa itu syaja’ah dan beberapa contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Bagi Grameds yang ingin mengetahui secara lebih mendalam tentang ilmu agama Islam lainnya dapat membaca buku-buku terkait dengan mengunjungi Gramedia.com.
Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!
Setiap muslim perlu mengetahui pengertian jujur dalam Islam dan contoh perbuatannya. Sebab, Allah SWT senantiasa memberi firman mengenai sikap ini.
Melansir Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VIII SMP Kementerian Agama, disebutkan definisi jujur adalah berkata benar sesuai kenyataan dan fakta yang ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenyataan ini berupa sesuatu yang dipikirkan dalam hati atau pikiran, perbuatan yang dilakukan, dan informasi atau objek yang dikatakan.
Singkatnya, pengertian jujur adalah perilaku yang mencerminkan kesesuaian antara hati atau pikiran dan perkataan dengan kenyataan.
Kaitannya Syaja’ah dengan Kejujuran
Syaja’ah ternyata berkaitan dengan sikap jujur atau kejujuran. Orang-orang yang berani mengemban tugas mulia selalu berbuat atas dasar kejujuran. Setidaknya, terdapat tiga alasan kaitannya antara syaja’ah dengan kejujuran, antara lain: